Tradisi gunungan berupa Grebeg Besar di Kraton Yogyakarta selalu menghiasi perayaan tiap kali diselenggarakan pada tanggal 10 Dzulhijah atau bertepatan pada hari raya Idul Adha.
Selain pada hari raya Idul Adha kegiatan ini juga akan diselenggarakan pada tanggal 1 Muharram atau bertepatan dengan tahun baru Islam dengan nama Grebeg Sekaten. Selain itu juga ada Grebeg Syawal pada hari raya Idul Fitri yang jatuh pada tanggal 1 Syawal tiap tahunnya.
Di Jogja ritual Grebeg Besar atau Idul Adha ditandai dengan adanya tiga pasang gunungan laki-laki dan perempuan. Gunungan ini berupa hasil bumi yang dibawa dari Dalem Kraton Yogyakarta menuju Masjid Gedhe Kauman yang letaknya tidak terlalu jauh.
Grebeg itu sendiri berasal dari kata gumrebeg yang secara filosofis bisa diartikan sebagai riuh, rebut, heboh, ramai atau sejenisnya. Sedang gunungan itu secara filosofi diartikan sebagai simbol kemakmuran dimana pihak kraton membagikan berkah berupa hasil bumi untuk rakyat Yogyakarta. Gunungan di Kraton akan berisi hasil bumi seperti buah dan sayur beserta jajanan pasar berupa rengginang.
Sebelum didoakan di dalam pelataran masjid aneka hasil bumi ini akan diarak dan didoakan agar membawa berkah. Tak sedikit yang meragukan berkah yang ada pada buah dan sayur yang diperebutkan. Banyak yang percaya bisa digunakan untuk mengusir hama di sawah atau digunakan untuk tolak bala.
Maka wajar bila ribuan warga ikut berdesak-desakan dan panas-panasan untuk ‘ngalap berkah’ atau mendapat berkah dari apa yang telah didoakan bersama. Tak sedikit kegiatan ini akan menimbulkan kehebohan karena semua ingin berebut mendapat sebanyak-banyaknya.
Bahkan ada yang datang dari luar Jogja khusus untuk mengikuti kegiatan ini. Mereka masih percaya Kraton Yogyakarta dengan segala serba serbinya mampu memberikan manfaat bagi siapa saja yang hadir dan turut memohon kepada Tuhan.
Kegiatan gunungan bagi Kraton Yogyakarta telah berjalan turun temurun dari jaman dulu. Bentuk kegiatannya pun bisa dibilang tidak mengalami perubahan berarti. Masih melibatkan masyarakat setempat dan bisa diikuti semua orang tanpa kecuali.
By Gia Mulialam Subagiyo (15515003)
Comments
Post a Comment